Привет!

Tak terasa sudah berbulan-bulan tidak update postingan lagi, maklum di semester 2 ini kesibukan saya semakin meningkat, hehe...
Nah kali ini saya akan menceritakan sebuah kisah perjalanan selama kegiatan DIKLATDAS XXXI PALAWA UNPAD dari tanggal 13 Juli 2017 - 23 Juli 2017. Oke langsung saja simak kisah saya yang sedikit lumayan agaan panjang di bawah ini, cekibrot :
Catatan Perjalanan DIKLATDAS XXXI
Tak
ku sangka bisa sampai sejauh ini. Setelah menunggu dari semester I, dari masa
gabut-gabutnya tak ada kegiatan apa-apa, hingga akhirnya di semester II pada
masa sibuk-sibuknya. Terdengar kabar bahwa DIKLATDAS PALAWA UNPAD akan segera
dimulai. Kegiatan demi kegiatan pun ku kurangi intensitasnya demi mengikuti
DIKLATDAS ini. Memang sangat sulit untuk meninggalkan kegiatan-kegiatan lain
yang sudah ku jalani, apalagi kerjaan. Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah
menunggu sejak semester I. Sulit rasanya membagi waktu di awal. Beberapa
kegiatan Pra Diklat seperti materi, simulasi, binjas, hingga cek alat tak bisa
ku ikuti karena banyaknya kegiatan. Tapi bagaimanapun juga ku usahakan untuk
ikut walau cuma beberapa, hehehe...
Pasca
lebaran, aku sudah terbebas dari kegiatan-kegiatan lainnya. Kini, kegiatan di
PALAWA adalah prioritas utama. Tanggal 13 Juli 2017 adalah hari keberangkatan
ke medan operasional. Segala sesuatu yang dibutuhkan ku persiapkan sematang
mungkin. Bukan hanya persiapan peralatan dan perlengkapan saja, tetapi
finansial, fisik dan mental juga. Hari demi hari ku lewati bersama
saudara-saudaraku yang lain. Sejak bulan puasa hingga setelah lebaran, jumlah
saudara-saudaraku perlahan-lahan berkurang. Hingga akhirnya H-1 sebelum
keberangkatan ke medan operasional, kami berjumlah 9 orang termasuk aku.
Kamis 13 Juli 2017
Ooolababaca...
hari ini hari luar biasa.... Yap, hari ini sungguh luar biasa. Diawali dengan
dinginnya pagi hari di Jatinangor. Keadaanku sebenarnya sedang tidak enak
badan. Tapi ku paksakan saja pura-pura kuat. Dingin udara pagi di Jatinangor perlahan
mulai hilang seiring dengan munculnya sang mentari dari ufuk timur. Kami
bersembilan sudah menyiapkan segalanya sejak malam, begitupun para pelatih.
Hingga akhirnya kami berbaris di lapangan UKM Barat untuk melaksanakan apel
pagi. Truk yang akan membawa kami sudah terdengar suaranya. Hatiku semakin
dag-dig-dug tak karuan. Padahal ini apel pagi, bukan apel malam :`(
Pikiranku
semakin kacau, berbagai skenario terburuk sudah ku pikirkan sejak malam.
Bagaimana kalau begini, bagaimana kalau nanti begitu, bagaimana bagaimana
bagaimana. Setelah apel pagi, kami semua naik ke truk. Penglihatan kami dicekal
pelatih agar kami tidak bisa lirik-lirik mengetahui lokasi. Sepanjang
perjalanan kami tak bisa melihat apa-apa kecuali tas carrier yang berada di
depan kami, jadi kami semua hanya bisa tidur......
Kami
dibangunkan setelah sampai di lokasi. Truk dibuka, dan jreeenggggg.....
Hamparan kebun teh yang hijau nampak sangat jelas di mata ku. Baru ku lihat
kebun teh nan indah seperti ini sejak beberapa tahun terakhir. Terakhir ku
lihat hamparan kebun teh adalah saat berada di gunung Ungaran 3 tahun silam.
Akhirnya kerinduanku pada alam terbayar sudah seperdelapannya setelah melihat
kebun teh ini.
Setelah
turun dari truk, kami berjalan sangat jauh membelah bukit-bukit kebun teh, tak
lupa kami memakai minyak komando terlebih dahulu sebagai pelumas. Pelumas kaki
ya... Sambil berjalan, kami juga mempraktikkan navigasi darat. Kami terus
berjalan hingga sore hari, di sore hari kami sudah memasuki kawasan hutan lalu
kami diinstruksikan untuk membuat bivak dan memasak disana. Sungguh entah aku
lupa atau akunya yang bodoh, aku jadi tidak bisa apa-apa, membuat bivak tak
bisa, memasak pun tak bisa. Dogolan-dogolan pelatih tak terelakkan lagi. Baru
hari pertama aku sudah di dogol-dogoli, tapi memang dogol juga sih wkwk. Hari
semakin malam, kami semua sudah selesai membuat masakan. Kami duduk melingkar
dan makanan yang kami masak sudah berada di depan mata. Lilin dinyalakan
melingkar. Sebelum makan, tak lupa berdoa dan menyanyikan lagu syukur ditemani
hembusan angin dingin dan taburan bintang di langit yang membuat suasana
semakin syahdu. Setelah makan, kami diinstruksikan untuk medical check up
kemudian tidur.
Jumat 14 Juli 2017
“Priitt...!!! Priitt...!!! Priitt...!!!” Terdengar suara
pelatih meniupkan peluit, saudaraku Dhani sebagai komandan regu segera bangun
dan menghadap pelatih. Aku pun bangun, dalam bivak aku langsung melepas sarung
bag dan segera keluar setelah saudaraku Dhani kembali. Kami langsung bergegas
membereskan bivak, ganti baju dan masak untuk sarapan. Setelah binjas, sarapan
dan packing apel pagi akan segera dimulai. Tiba-tiba, muncul teh Farah. Senang
sekali rasanya bisa didampingi kesiswaan saat berada di medan operasional. Saat
apel pagi, aku ditunjuk menjadi komandan kelas menggantikan saudaraku Puteri.
Sebagai danlas aku harus membawa bendera siswa yang tak boleh jatuh ke tanah
dan bertanggungjawab menjaga saudara-saudaraku yang lain. Hari kedua ini hampir
sama seperti hari pertama. Jalan terusss... Hingga malam tiba kami masih
berjalan. Kami beristirahat di tengah kebun teh, seperti biasa membuat bivak,
masak dan makan malam. Hari kedua ini cukup melelahkan dibanding kemarin.
![]() |
kebun teh Rancabali |
Sabtu 15 Juli 2015
“Priitt...!!! Priitt...!!! Palawa....! Palawa....!”
seruku seraya keluar dari bivak. Sepertinya ini masih dini hari. Aku keluar
dari bivak sambil meniup peluit dan meneriakkan Palawa. Ya, aku ingin BAB.
“Dipercepat tuan Dhani!!! Jangan lupa teriakannya!” Seru pelatih, entah itu teh
siapa. Aku juga bingung kenapa disebut Dhani, haha. Bodoamat yang penting BAB.
Untung saja bukan siang hari, sebab tempat BAB ku adalah di tengah kebun teh
hehe. Setelah BAB aku tidur lagi dan terbangun lagi setelah ada seruan peluit
dari pelatih. Kegiatan di pagi hari kami sama seperti hari sebelumnya. Setelah
apel pagi, kami memasuki wilayah Situ Patenggang. Kami melakukan penyebrangan
basah menggunakan tali. Aku mendapat nomor urut ke tiga untuk menyeberang.
Hingga tiba saatnya giliranku, “Brrrr...” Dingin sekali airnya. Ku paksakan
saja untuk terus menyeberang agar cepat sampai. Team rescue yang menggunakan
perahu terus menyiramiku dengan dayungnya, “Kampret, ini team rescue macam apa
ko ganggu” umpatku dalam hati. Pada saat perpindahan tali, aku gagal dan
terjatuh satu kali, untung saja team rescue terus menyiramiku, jadi aku makin
kesal dan huppp... perpindahan tali berhasil. Ku lanjutkan penyebranganku walau
terus diganggu.
Hari ketiga ini cukup seru, setelah penyeberangan basah
kami kembali membuat bivak dan masak untuk makan malam, seperti biasa lagi
ditemani oleh taburan bintang dan lilin yang membuat suasana semakin syahdu.
![]() |
Situ Patenggang |
Minggu 16 Juli 2017
“Priit...” Ya, seperti biasa, begitulah kegiatan kami
setiap pagi, bendera siswa ku kembalikan ke pelatih. Danlas kali ini adalah
saudaraku Dhani. Hari ini kami akan melakukan penyeberangan basah lagi
menggunakan pelampung survival. Aku mendapatkan giliran ke 2. Hingga saatnya
tiba giliranku, dengan pede nya aku melangkahkan kaki ke air karena aku bisa
berenang. Dan ternyata, sial aku tak bisa maju! Renang macam apa ini, kenapa
aku tak kunjung maju. Ternyata ekspetasi tak seindah realita, aku tak bisa
renang!!! Aku hanya bisa meneriakkan Palawa, team rescue seperti biasa terus
menyiramiku dengan air. Saking paniknya badanku terbalik, untungnya aku bisa
gaya punggung, jadi aku renang dengan pelampung survival dengan gaya punggung.
Ternyata oh ternyata gaya punggung lebih nyaman. Tapi tetap saja aku stuck di
air, sial tidak ada kemajuan hahaha... Teriakkan Palawa kini berubah menjadi
“Tolong..!” sesekali teriakan “AAAAaaaAaaaaAAa!!!” panik sekali. Team rescue
mendorong pelampungku dengan dayungnya hingga sampai di tepian, huuhhh...
ternyata memang benar ini team rescue, hehe. Kenangan suram dengan Situ
Patenggang ini tak akan ku lupakan.
Hari keempat ini cukup suram. Setelah melakukan
penyebrangan basah, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini kami melewati
villa-villa. Pemandangannya sangat indah, tapi sayang kami tidak boleh
lirik-lirik. Seperti biasa saat malam kami beristirahat melakukan kegiatan
seperti yang sudah-sudah.
![]() |
Glamping lakeside |
Senin 17 Juli 2017
Kami terus melanjutkan perjalanan. Tujuan kami kali ini
adalah gunung Cadas Panjang. Medan gunung hutan yang berat sudah menanti kami
di depan. Entah mengapa tiba-tiba saudaraku Kia menangis dan ingin pulang. Aku
dan saudara-saudaraku yang lain terus menyemangati Kia agar tetap semangat dan
tabah sampai akhir. Hingga akhirnya kami memasuki medan gunung hutan, cukup
berat dengan tanjakan-tanjakan terjal ditambah beban carrier di pundak kami.
Setelah tadi Kia, kini saudaraku Fannisa yang diuji. Sepertinya ia kelelahan
dan dehidrasi, kakinya juga mengalami bula-bula yang cukup parah. Semangat,
dukungan dan bantuan dari kami semua selalu menyertainya hingga perjalanan
berakhir di puncak Cadas Panjang pada malam hari. Kami bermalam di sekitaran
puncak dengan suhu yang lumayan dingin karena banyak angin dan kabut.
Selasa 18 Juli 2017
Perjalanan masih dilanjutkan. Setelah naik gunung, kini
kami harus turun gunung. Sayangnya turun gunung kali ini tidak diberikan cuaca
yang baik oleh Yang Maha Kuasa. Hujan berkabut menemani perjalanan kami
menuruni gunung. Dingin yang menusuk tak terelakkan lagi, tetapi rasa dingin
ini kalah oleh rasa rindu yang menusuk. Sudah berapa hari aku keluar dari zona
nyaman, aku sangat merindukan kehidupanku di Jatinangor. Andai aku sedang
berada di Jatinangor di kontrakanku saat cuaca sedang seperti ini, pasti saat
ini aku sedang duduk di kasur yang empuk ditemani segelas kopi hangat dan kue
balok keju sambil wifian bermain Mobile Legends atau menulis postingan di blog.
Uuuuh betapa nikmatnya... Sungguh berada di zona nyaman adalah hal yang harus
disyukuri.
Sampailah kami di suatu lembahan, suara air sungai mulai
terdengar dari kejauhan. Kami terus berjalan melewati tanah yang basah hingga
kami sampai di leuweng tengah. Bermalam dan beristirahat adalah hal yang sangat
ingin ku lakukan. Untung saja harapanku terkabulkan. Di leuweung tengah aku
bertemu dengan kang Doni, ia memberikanku 2 tutup botol air gula merah jahe.
Hmmm tau aja lagi dingin ngasih minuman angetan seperti ini. Setelah meminum
air jahe itu “Ya, sekarang 2 seri lompat monyet”... -_-
![]() |
Leuweung Tengah |
Rabu 19 Juli 2017
Aku bermimpi semalam bahwa aku akan mendapatkan hal yang
tidak enak di lembah ini. Ketika aku bangun, rasanya semua normal-normal
saja... Mimpi biarlah mimpi, terkadang mimpi akan menjadi kenyataan, tapi
terkadang mimpi juga jauh dari kenyataan. Pagi ini badanku merasa sakit-sakit.
Mungkin karena semalam aku mengoleskan hot cream ke punggung dan bahuku saat
medical check up. Sakit yang ku rasa ini tak boleh di rasa-rasa, percuma juga
mau mengeluh tak ada gunanya. Semua harus dipaksakan dan ditahan. Hari ini
kegiatannya adalah ESAR (kalau tidak salah), entah benar atau tidak aku
lupa-lupa ingat. Aku masuk ke dalam kelompok 2, mencari korban yang bernama
Martin Ginola atau Martin Ginara atau apa namanya aku lupa. Kelompok kami
mencari dengan cara man to man. Setelah disebutkan data korban, kelompok kami
langsung bergegas mencari si Martin. Setelah tebas menebas beberapa menit,
terdengar suara “Tolong..”. Dalam 30 menit kurang lebihnya, Martin berhasil
ditemukan. Kasihan sekali si Martin ini, sebab ia ditangani oleh orang-orang seperti
kami. Setelah ditangani dengan alakadarnya dan dibuat jalur evakuasi yang
alakadarnya juga. Akhirnya Martin berhasil diselamatkan.
Cukup melelahkan juga menolong si Martin. Siang berganti
malam dan kami harus pergi beristirahat untuk kegiatan esok hari. Bivak
individu ku buat apa adanya yang penting bisa tidur. Semua yang berada di
daerah bivak ku sudah ku rapihkan dengan baik. Sekarang adalah saatnya tidur...
Kamis 20 Juli 2017
Belum sampai subuh kami sudah dibangunkan oleh pelatih.
Semua yang berada di bivak langsung dibangunkan. Bivak kami semua tiba-tiba
saja dirubuhkan oleh pelatih. “Cepat bangun, ada kucing hutan! Siapa yang naro
makanan sembarangan!?” kata pelatih sambil membangunkan kami. Semua barang kami
harus dibawa ke tempat yang tak jauh dari lokasi bivak. Terlihat
saudara-saudaraku yang lain juga panik sembari membawa barang-barangnya. Kami
semua dipindahkan ke tempat yang banyak pohonnya lalu kami diintruksikan untuk
tidur menggelantung menggunakan webbing dan sarung bag. Tanpa pikir panjang aku
langsung saja menuruti intruksinya karena aku sangat ngantuk dan ingin cepat
tidur lagi. Kalau dipikir-pikir, kucing hutan juga masih bisa meraih kami yang
tidur menggelantung jika mereka mau. Tapi aku bodo amat, ah mungkin ini cuma
skenario pelatih. Tidur lagi ahhh....
Cahaya mentari perlahan mulai menembus dedaunan di
lembah, cahayanya menusuk menyelinap diantara lebatnya hutan ini. Ketika hari
sudah terang kami masih tidur menggelantung di masing-masing sarung. Beberapa
dari kami bangun untuk buang air kecil kemudian mengobrol sejenak tentang
peristiwa semalam. Setelah kami semua bangun tanpa dibangunkan pelatih, teh
Sarah datang mengintruksikan kami untuk memasak apapun yang ada dan memakan
apapun yang ada. Pagi ini tumben-tumbennya tidak ada binjas, makanan yang kami
makan pun sangat banyak, dan snack-snack yang seharusnya untuk makan siang
boleh dihabiskan sekarang. Waah tumben banget. Pasti ada apa-apanya dalam
benakku.
Benar saja, setelah semua dimakan, semua sisa bahan
makanan kami disita pelatih. Kemudian kami mempraktikkan survival. Hari ini
kami membuat bivak alam dan mencari bahan makanan untuk kelompok. Aku bertugas
mencari bahan makanan. Aku berhasil mendapatkan 1 batang besar pakis haji,
pisang hutan dan begonia. Semua ku dapatkan penuh perjuangan dengan menaiki
bukit dan grasak grusuk semak. Setelah semua dimasak, tibalah saatnya untuk
dimakan. Makan malam kali ini berbeda karena tidak ada nasi :`( tidur pun
berbeda, tetapi tidur di bivak alam lebih hangat dan nyaman.
Jumat 21 Juli 2017
Hari ini kegiatannya sama seperti kemarin, bedanya semua
dilakukan secara individu, tidak berkelompok... Dengan asupan gizi yang kurang
karena kemarin makannya tidak kenyang dan dengan sisa tenaga seadanya, aku
mencari bahan-bahan untuk bivak dan makan sendirian. Melelahkan sekali rasanya,
seperti sedang puasa. Tetapi aku harus kuat! Karena malas mencari tumbuhan lain
yang sulit dijangkau, aku mencari cacing saja. Menu pakis dan pisang hutan
sudah berhasil ku dapatkan, menu tambahan ku adalah cacing. Setelah lama
gorek-gorek tanah dan kayu aku berhasil mendapatkan banyak cacing. Yeaaahhh....
bivak juga sudah jadi walau tak karuan. Yang sangat aku butuhkan adalah
istirahat, ya istirahat...
Sabtu 22 Juli 2017
Setelah survival di leuweung tengah. Aku merasa ingin
cepat pergi dari lembah ini. Ternyata mimpiku sebelumnya ada benarnya juga. Aku
tak tahan berada disini, sampai kapan lagi aku harus memakan pakis. Untung saja
kegiatan hari ini adalah melanjutkan perjalanan. Kami berjalan keluar dari
lembah ini menuju jalan raya. Senang rasanya bisa mendengar suara kendaraan dan
melihat keramaian. Sudah berapa hari aku tidak mendengar suara bisingnya
suasana jalanan. Sepanjang jalan banyak yang menjual buah-buahan seperti durian
dan strawberry. Andai aku punya uang, ingin rasaya membeli 1 saja, hehe.
Perjalanan dilanjutkan ke Kawah Putih. Menu makanan kami
hari ini adalah bubur yang telah dibuatkan oleh pelatih. Hmmm, bubur buatan
pelatih ini sangat enak rasanya membuatku
jadi ingat bubur buatan mamah di rumah... Perjalanan terus dilakukan
hingga malam hari, entah kami sampai jam berapa di Kawah Putih, kemudian kami
diberi bubur kacang oleh pelatih dan disuruh tidur di bivak flysheet yang sudah
dibuatkan oleh pelatih. Wah pokonya senang sekali rasanya setelah keluar dari
hutan.
![]() |
Kawah Putih |
Minggu 23 Juli 2017
“Priitt..!!” seperti hari-hari awal diklat, kami
dibangunkan subuh-subuh. Pagi ini kegiatannya adalah berjalan melewati pos pos
yang isinya adalah materi-materi. Aku mendapat urutan kedua. 3 pos sudah kulalui.
Aku bertemu saudaraku Luthfi yang sudah menyelesaikan perjalanan lebih dulu di
pos terakhir. Kami makan snack bersama sambil mengobrol. Tak lama kemudian,
datanglah saudaraku Puteri, kemudian disusul saudara-saudaraku yang lainnya sat
per satu. Setelah semua lengkap, dan matahari mulai muncul. Kami diberikan
bubur kacang lagi oleh pelatih. Sungguh nikmat sekali.
Setelah makan bubur kacang, kami berdiri entah menunggu
apa sambil ditest nama angkatan, untung aku sudah hafal. Beberapa jam kemudian
kami disuruh berjalan, tiba-tiba ada truk! Pelatih bilang bahwa kita akan
berpindah ke medan rawa laut. Kami semua menaiki truk dengan pasrahnya.
Berharap truk ini akan membawa kita pulang ke Jatinangor. Seperti naik truk
sebelumnya, kami dipersilahkan tidur. Beberapa jam kemudian, kami dibangunkan.
Aku mengintip sedikit dan melihat menara masjid IPDN, yeaaahhh Jatinangorrrr...
akhirnya kami pulang. Kemudian truk berhenti di depan Cisral. Betapa bahagianya
wajah saudara-saudaraku saat truk dibuka. Beberapa ada yang menangis. Aku juga
ingin menangis, tapi aku masih bsia tahan ko :`v
Pelatih mengatakan bahwa kita akan mengisi logistik
kembali lalu melanjutkan ke medan rawa laut di daerah Cidaun. Persetan dengan
rawa laut, secara logika Jatinangor jauh dari rawa laut, kenapa dari Kawah
Putih tidak langsung ke arah selatan pikirku. Setelah adegan isak tangis. Kami
berlari dari cisral menuju UKM Barat. Terlihat lapangan yang sangat ramai
dipenuhi banyak orang. Gema suara SPDC menyanyikan lagu selamat datang di gunung
hutan terdengar bagaikan penyemangat bagiku. Seluruh tubuhku yang sudah pada
nyeri-nyeri ga karuan ini seperti hilang begitu saja saat ku lihat ada orang
tercinta yang sudah menantiku. Alhamdulilah, ini pelantikan. Bukan rawa laut!
Upacara
pelantikan pun dimulai, air mataku sudah tak terbendungkan lagi. Saat prosesi
penyematan syal, kekasihku datang dan menyematkan syal Palawa di pundakku
hingga air mataku jatuh di pelukannya. Akhir yang bahagia untuk kisah diklatku.
Sungguh tak terpikirkan akhir yang seperti ini. Terkadang kenyataan juga bisa
lebih indah dari harapan, begitupula sebaliknya. Diklat ini mengajariku banyak
hal, terutama dalam bersyukur. Sungguh campur aduk perasaan saat pelantikan ini
mulai dari senang, bahagia, haru, bangga, semua bercampur menjadi satu. Semoga
aku bisa membawa Palawa untuk lebih baik lagi kedepannya sebagai generasi
penerus. Terimakasih Palawa, terimakasih Palawa, terimakasih Palawa. Jaya terus
Palawa, Palawa Sepanjang Masa!
.........................
Yah, begitulah kisah perjalanan diklat ini. Kami bersembilan memiliki nama angkatan "Sada Adhigana". Sada artinya suara, dan adhigana artinya orang-orang yang pemberani. Jadi kami bersembilan adalah orang-orang yang pemberani yang mampu melewati segalanya walau halangan rintangan menerjang tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran, hahay... kera saktiiiii.... :v
Yah, begitulah kisah perjalanan diklat ini. Kami bersembilan memiliki nama angkatan "Sada Adhigana". Sada artinya suara, dan adhigana artinya orang-orang yang pemberani. Jadi kami bersembilan adalah orang-orang yang pemberani yang mampu melewati segalanya walau halangan rintangan menerjang tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran, hahay... kera saktiiiii.... :v
Setelah upacara selesai, adalah waktunya makan-makan. Berbagai hidangan telah disajikan besar-besaran di depan sekretariat. Para tamu undangan, alb, pelatih dan siswa diklat pun makan bersama. Para siswa dengan lahapnya menyantap segala hidangan yang ada, saking laparnya hahaha...
Nah, kira-kira segitu dulu cerita yang dapat saya berikan. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi bagi kalian semua. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata dan hal yang tidak mengenakkan dalam penyebutan nama, mohon maaf juga saya jarang update, sekalinya update malah ngeposting hal yang jauh dari Rusia, sekali lagi saya mohon maaf karena ini adalah blog saya, jadi suka-suka saya. Oke? hehe. Udah ah cape nulisnya...
Пока!
Пока!
Gambar hanya ilustrasi yang diambil dari Google, bukan dokumentasi pribadi.
No comments:
Post a Comment